Selasa, 24 April 2012

KPAI Temui Siswa SD Berprofesi sebagai Penyanyi Kelab Malam


JAKARTA (VoA-Islam) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan tim dari Kementerian Sosial menemui kediaman SA, murid kelas VI Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Utara, yang bekerja di kelab malam. SA yang masih berusia 14 tahun (sebelumnya ditulis 12 tahun) itu harus menanggung beban berat. Setiap malam, dia bernyanyi di kafe-kafe atau kelab malam.
SA yang berperawakan mungil ini tinggal di gang-gang sempit di kawasan Kampung Beting, Koja, Jakarta Utara, Selasa malam 24 April 2012. Saat menyambangi rumah SA, Tim dari KPAI dan Kemensos harus bernegosiasi terlebih dahulu di ujung gang dengan kedua orang tua SA, Taman dan Aminah. Saat tim tiba, Taman langsung menutup pintu rumah dan mengusir rombongan. Sekretaris KPAI M. Ikhsan dan tim lapangan Kemensos, Richardo, turut dalam rombongan ini. 

Akhirnya tim dari KPAI dan Kemensos diizinkan bertemu SA. Tiba di dalam rumah, suasana sangat penuh sesak. Rumah non-permanen yang berpapan triplek itu dijejali rombongan dan para tetangga. 

KPAI mengingatkan, bahwa SA tidak boleh bekerja karena usianya masih di bawah umur. Apalagi, kalau SA seperti menjadi tulang punggung keluarga. Kedua orangtua tidak membantah bahwa mereka meminta putri kecilnya itu untuk bekerja. "Iya, kami memang suruh dia bekerja di situ untuk bantu-bantu keluarga," kata Aminah, sang ibu.

Menemani Pelanggan
Malang bagi SA, murid kelas VI Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 12 tahun itu kini harus menjalani hari yang semakin berat. Setiap malam, sekitar pukul 21.00 WIB, SA harus sudah masuk kerja di sebuah klub malam. Malam pergi kerja sampai dini hari. Pagi harinya masuk sekolah dan mengikuti Ujian Nasional.
KPAI mendapat laporan dari warga sekitar tempat tinggal SA. Tim KPAI langsung turun melakukan komunikasi intensif dengan keluarga SA. Di klub malam. SA menemani pelanggan yang memesan minuman. "Dia menemani pelanggan-pelanggan yang pesan minum. Dia penjaja di kafe.  SA bekerja untuk membantu kebutuhan keluarga. Orangtuanya pemulung. 
," kata Ikhsan.

KPAI akhirnya menurunkan tim untuk berkomunikasi dengan keluarga. Menurut Ikhsan, permasalahan ini bukan hal baru di Tanah Air. Banyak kasus sejenis, anak-anak di bawah umur yang membanting tulang mencari nafkah untuk menopang hidup keluarga."Di daerah Jatinegara, Kali Jodoh, Priok, itu banyak mas. Ini semua karena persoalan kemiskinan yang struktural. Tidak ada kerjaan lain demi mencari uang," kata Ikhsan.Desastian

0 komentar:

Posting Komentar